Sabtu, 06 Oktober 2007

BAB I

MANAGING DEMAND ON BPSNT TANJUNGPINANG


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Tanjungpinang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF), dan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, khusunya sejarah yang bersifat intangible, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Dengan demikian tugas yang diemban oleh BPSNT Tanjungpinang berkait dengan nilai-nilai tradisi, kepercayaan, kesenian dan aspek kesejarahan. Kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang mempunyai wilayah kerja lintas propinsi, yaitu Propinsi Riau, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi Jambi dan Propinsi Bangka Belitung.

Secara administrasi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Tanjungpinang dipimpin oleh seorang pimpinan Eselon III (setelah berdiri selama belasan tahun baru mengalami pergantian oleh 3 orang hingga saat ini), membawahi Ka. Subbag TU (membawahi lagi beberapa kaur/kepala urusan), dan sejumlah tenaga teknis (melaksanakan tugas penelitian, seminar, diskusi, dan kegiatan kebudayaan lainnya). Jumlah seluruh karyawannya saat ini sekitar 23 orang (Dari data 3 tahun sebelumnya jumlah karyawan sekitar 35 orang, banyaknya pengurangan karyawan akibat keinginan individu mengabdi di pemerintah daerah karena menurut mereka karier lebih menjanjikan dibanding lembaga ini)

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional mempunyai fungsi melaksanakan pengamatan dan analisa kesejarahan dan kenilai-tradisionalan yang meliputi tradisi, kepercayaan, dan kesenian. Selain itu, kajiannya dititikberatkan berdasarkan keberadaan lokasi BPSNT ini yaitu pada kebudayaan Melayu dan masalah-masalah yang berkaitan dengan akulturasi antar anggota masyarakat, menyangkut distribusi dari kontak-kontak kebudayaan yang berlangsung di wilayah kerjanya.


Dalam mewujudkan tujuan dari BPSNT ini di tuangkan dalam visi dan misi yaitu:

  1. Visi

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, mempunyai Visi tersedianya bank data dan informasi kesejarahan dan nilai tradisional di daerah untuk membangun manusia Indonesia yang berwawasan kesejarahan dan kenilai-tradisionalan, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

  1. Misi

Melaksanakan pelestarian kebudayaan yang mencakup pengkajian, perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pendokumentasian aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian dan kesejarahan di wilayah kerjanya.


Selaras dengan Visi dan Misi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, adalah tersedianya bank data, dan informasi kesejarahan dan nilai tradisional di daerah untuk membangun manusia Indonesia yang berwawasan kesejarahan dan kenilai-tradisionalan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di wilayah kerjanya. Dalam rangka mencapai Visi tersebut, maka Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang memprogramkan pengembangan nilai budaya, baik yang terkandung dalam kesejarahan dan kenilai-tradisionalan, seperti inventarisasi, pendokumentasian, penelitian dan penyebarluasan hasil penelitian.

Strategi untuk melaksanakan Visi dan Misi Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, adalah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta. Di samping itu, diupayakan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), melalui kegiatan seperti diskusi, seminar, penataran, diklat dan jenjang pendidikan.

Sesuai dengan Visi, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, maka tujuannya adalah tersedianya bank data dan informasi kesejarahan dan nilai tradisional, mencakup kesenian dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang, lewat kegiatan inventarisasi, pendokumentasian, penelitian, dan penyebarluasan informasi yang sasarannya untuk masyarakat luas sesuai wilayah kerjanya.


1.2 Identifikasi Masalah

Arus globalisasi yang tidak dapat dibendung dalam kehidupan sehari-hari, pada giliran selanjutnya akan berpengaruh terhadap kebudayaan dan kesejarahan kita menjadi tertinggal. Dalam penjelasan pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945, mengamanatkan bahwa pengembangan kebudayaan nasional selain bersumber dari kebudayaan daerah, juga kebudayaan asing, dengan titik berat bahwa unsur-unsur kebudayaan asing tersebut dapat berfungsi untuk meningkatkan harkat dan derajat bangsa Indonesia.

Problemnya sekarang ini, bahwa generasi muda umumnya belum siap, akibatnya unsur-unsur kebudayaan asing diterima secara mentah atau apa adanya. Berangkat dari kenyataan itu, maka perencanaan strategis yang dilaksanakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional adalah pembinaan, perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan dan kesejarahan di wilayah kerjanya dengan program pengembangan nilai budaya, baik yang terkandung dalam kesejarahan dan kenilai-tradisionalan, seperti penelitian, pendokumentasian, lomba, diskusi/seminar, Workshop dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian.

Berangkat dari perencanaan dan program BPSNT di atas jika kita melihat kenyataan selama ini keberadaan kantor ini sesuai dengan visi dan misinya maka timbul pertanyaan apakah program dan tujuan lembaga ini sudah terlaksana dengan baik, karena dari fakta dilapangan bahwa lembaga ini dapat dikatakan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, di BPSNT tersedia fasilitas referensi tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai tradisional lokal yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan. Masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan BPSNT yang berisi referensi dan dokumentasi tentang nilai tradisional, sejarah, dan budaya lokal. Selain itu, ada juga kegiatan seperti diskusi dan ceramah tentang kebudayaan tetapi hal tersebut kurang diketahui masyarakat umum.

Untuk memacahkan permasalahan tersebut tentunya banyak sudut pandang dan teori-teori yang bisa dikaji baik dari segi pelayanan, pemasaran, promosi, atau mungkin ada permasalahan lainnya. Terlepas dari itu, pada kesempatan ini saya mencoba membahasnya dari sudut pengelolaan permintaan yang kurang di manage dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari kurangnya pengunjung/peminat untuk mengkonsumsi produk yang dihasilkan dari lembaga ini. Salah satu titik keberhasilan penyebarluasan informasi yang dimiliki dari kantor ini adalah dapat kita lihat dari banyaknya orang yang ingin mengakses produk dari lembaga ini baik berupa data atau informasi kebudayaan.

Apa sebab dan permasalahan kurangnya masyarakat yang meminati hasil dari produk lembaga ini untuk mengakses informasi yang dimilikinya, tentunya hal itu perlu penelitian yang mendalam terhadap masyarakat dan pengunjung. Apabila ada alternatif lain untuk mengakses informasi dari lembaga ini misalnya melalui web site maka mungkin dapat kita lacak/lihat dari jumlah pengunjungnya tetapi sayangnya lembaga ini juga belum memiliki web site yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

Lembaga ini dapat dikatakan bergerak dibidang jasa, oleh sebab itu salah satu pembahasan ini akan diulas dari produk jasa yang diberikan oleh lembaga ini kepada pelanggan/publik, apakah sudah sesuai dengan harapan dari pemakai jasa lembaga ini atau belum? Atau mungkin mungkin penyebabnya justru pada publik yang kurang tertarik mengetahui tentang kebudayaan tetapi lebih cendrung pada permasalahan di luar itu. Apabila itu benar maka lembaga ini harus dapat memberikan solusi tentang hal tersebut sehingga pemahaman masyarakat menjadi lebih baik. Terlepas dari penyebab dari permasalahan yang jelas harus ada solusi dan pemecahan agar publik dapat tertarik sehingga keberadaan lembaga ini dapat dirasakan. Untuk itu perlu adanya suatu kajian tentang pengelolaan permintaan yang benar sehingga dapat memberikan pemecahan pada permasalahan.

Managing Demand (Pengelolaan permintaan) yang baik akan berdampak positif tidak hanya bagi kinerja manusia yang bekerja pada lembaga ini tetapi juga dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan bangsa ini, tetapi apabila hal itu tidak dimanage dengan baik maka akan berdampak pada kapasitas dan ketidakstabilan dalam kinerja karyawannya dan hasil yang diberikannya. Kapasitas yang berlebih tetapi permintaan yang sedikit akan berakibat para karyawan kebanyakan hanya berdiam dan kurang inovatif dalam berkarya tetapi apabila permintaan dan kapasitas dapat diseimbangkan maka situasi dan kinerja lembaga ini akan berjalan dengan baik.


1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan penulisan pada pembahasan ini adalah untuk meningkatkan permintaan dan animo masyarakat terhadap berbagai hasil produk dari lembaga BPSNT sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dari keberadaan lembaga ini.

Masalah dan cakupan dalam pembahasan pengelolaan permintaan pada BPSNT Tanjungpinang dapat digolongkan beberapa sebab seperti, kurangnya variasi data kebudayaan, tempat dan waktu, promosi dan edukasi, proses, produktivitas dan mutu, SDM, dan hasil penelitian. Beberapa sebab mungkin terdapat sisi positif dan negatif sehingga perlu perubahan agar pengunjung atau masyarakat yang mengakses berbagai informasi yang ada dapat bertambah dan bermanfaat sebagaimana yang diharapkan bukan merupakan koleksi yang digudangkan atau hanya menjadi penghias lemari perpustakaan.

Pengelola BPSNT (dalam hal ini pimpinan dan karyawan) harus bersedia bersama-sama melakukan perubahan pola atau program kerja yang selama ini mungkin terdapat kekurangan sehingga masyarakat kurang berminat untuk datang ke kantor tersebut. Pengelola harus berusaha meningkatkan kinerja yang selama ini kurang terprogram dengan baik.

Permasalahan managing demand (pengelolaan permintaan) yang terdapat di BPST Tanjungpinang memang tidak dapat di samakan dengan permasalahan yang dialami oleh lembaga atau perusahaan yang murni bergerak di bidang bisnis karena lembaga ini bukanlah pencari keuntungan tetapi pola dan faktor penentu masyarakat/peminat untuk datang atau mengakses informasi yang ada di lembaga ini memiliki persoalan yang sama dengan dengan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis murni. Pengelolaan permintaan yang baik pada akhirnya diharapkan kunjungan masyarakat dapat meningkat sehingga hasil dan produk lembaga ini dapat diketahui sehingga hasil yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi lembaga ini dapat tercapai.




BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Untuk mengendalikan permintaan untuk jasa tertentu, manager/pengelola perlu menentukan faktor apa saja mengatur siklus permintaan. (lovelock: 319) sehingga dengan ditentukannya faktor-faktor tersebut diharapkan dapat lebih memudahkan pengambil kebijakan dalam menentukan skala prioritas program kerja ke depan. Artinya setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri dalam memahami pola dan faktor penentu permintaan, walaupun secara umum permasalahan permintaan hampir sama di setiap perusahaan tetapi faktor penentu dalam setiap perusahaan ada perbedaan dan penekanan pada bidang-bidang tertentu.

Pengertian bidang jasa secara tradisional sulit didefenisikan. Yang lebih menyulitkan lagi adalah kenyataan bahwa cara menciptaan dan mengirimkan jasa kepada pelanggan (publik) sering sulit dipahami, karena banyak masukan dan keluaran yang tidak nyata. Salah satu defenisi yang dikemukakan pada pembahasan ini menyebutkan bahwa:

Jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya. Walau prosesnya mungkin terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. (lovelock:5).

Perbedaan antara barang dan jasa terletak dalam kenyataan bahwa pelanggan biasanya mendapatkan nilai dari jasa tanpa memperoleh kepemilikan permanen atas elemen-elemen yang dapat diraba. Dalam banyak hal pemasar jasa menawarkan kepada pelanggan kesempatan untuk menyewa dalam waktu singkat pekerja atau tenaga ahli yang mempunyai keahlian tertentu. Sebagai pemakai jasa anda sendiri pasti tahu bahwa walaupun anda mementingkan hasil akhirnya, perlakuan terhadap anda selama pemberian jasa berlangsung juga dapat berdampak penting terhadap kepuasan anda.

Dalam ekonomi modern, kita setiap hari menggunakan jasa, dari pagi hingga malam hari, bahkan 24 jam penuh mulai dari menyalakan lampu, menonton tv, telepon, mengirim surat, beli BBM, berkendara di jalan raya dan lain-lain. Sayangnya tidak setiap orang merasa puas terhadap pelayanan jasa yang mereka terima, banyak keluhan yang disampaikan orang mulai dari keterlambatan, personil yang tidak cakap, kinerja yang buruk, prosedur rumit, dan berbagai masalah lainnya.

Dengan berkembangnya kesadaran bahwa peningkatan kualitas dapat menguntungkan bagi usaha dan perlu bersaing secara efektif, terjadi perubahan pola pikir yang radikal. Arti kualitas secara tradisional (yang didasarkan pada pemenuhan suatu standart yang ditetapkan manager operasional/pimpinan) telah digantikan oleh pandangan baru yang meletakkan kualitas yang didorong oleh pelanggan, yang memiliki banyak implikasi bagi kepentingan pemasaran jasa. Banyak perusahaan yang mengeluarkan anggaran untuk melakukan riset dalam rangka mengetahui apa yang diinginkan pelanggannya (publik/masyarakat) dalam semua dimensi jasa, dalam program peningkatan kualitas yang didesain untuk memberikan apa yang diinginkan pelanggan, dan dilakukan secara terus menerus (lovelock:12).

Tekanan keuangan yang dihadapai organisasi pemerintah dan nirlaba memaksa mereka untuk tidak hanya memotong biaya dan beroperasi lebih efisien, tetapi juga lebih memperhatikan kebutuhan pelanggan/publik. Dalam mencari sumber pemasukan baru banyak organisasi non bisnis mengembangkan orientasi pemasaran yang lebih kuat, yang sering melibatkan pemikiran ulang terhadap pemikiran lini produk mereka (lovelock:14).

Membahas strategi untuk memasarkan barang bentuk fisik biasanya cukup hanya memperhatikan empat unsur yaitu:produk, harga, tempat (atau distribusi), dan promosi (komunikasi). Tetapi untuk bidang jasa yang melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam produksi dapat menggunakan model managemen jasa terpadu, yang menyoroti delapan variabel keputusan bagi pimpinan lembaga yaitu:

  • Managemen jasa terpadu, merencanakan koordinasi kegiatan-kegiatan pemasran, operasi, dan SDM yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa.

  • Elemen pruduk, semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan.

  • Tempat dan waktu, keputusan pimpinan tentang di mana, dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan.

  • Proses, metode pengoperasian untuk serangkaian tidakan terentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.

  • Produktivitas dan kualitas, seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan.

  • Orang, karyawan (kadang pelanggan) yang terlibat dalam suatu proses produk/kegiatan.

  • Promosi dan edukasi, semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu.

  • Bukti fisik, petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti atau kualitas jasa.

  • Harga dan biaya jasa lainnya, pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa.

Pengelolaan permintaan harus diprogram sedemikian rupa agar permintaan dan kapasitas dapat seimbang sehingga tercipta situasi kerja yang kondusif dan stabil. Pada setiap waktu dapat terjadi salah satu situasi dan kondisi seperti dibawah ini:

  1. Kelebihan Permintaan: Tingkat permintaan yang melampaui kapasitas maksimum yang tersedia, yang mengakibatkan sebagian pelanggan ditolak untuk dilayani dan bisnis pun hilang.

  2. Permintaan melebihi kapasitas optimum: tidak seorangpun sebetulnya ditolak, tetapi kondisinya padat sekali dan semua pelanggan mungkin akan mendapatkan kualitas jasa yang merosot.

  3. Permintaan dan penawaran seimbang: pada tingkat kapasitas optimum, staff dan fasilitas sibuk tanpa harus kelebihan beban, dan pelanggan mendapatkan pelayanan yang baik tanpa penundaan.

  4. Kelebihan kapasitas: permintaan berada di bawah kapasitas optimum dan sumber daya produktif kurang terpakai, yang mengakibatkan produktivitas rendah dalam beberapa contoh, pelanggan mungkin mendapatkan pengalaman yang mengecewakan atau meragukan kelangsungan jasa tersebut.

Seperti pada tabel di bawah ini:


Volume yang diminta Bisnis hilang


(Kapasitas maksimum)



(Permintaan dan

penawaran seimbang)






Penggunaan yang rendah




Siklus waktu 1 Siklus waktu 2

Kualitas jasa

menurun





kapasitas

berlebih






Gambar1. Implikasi keragaman permintaan dalam kaitannya dengan kapasitas


Agar permasalahan permintaan dan kapasitas dapat seimbang, ada dua solusi dasar bagi permintaan yang fluktuatif. Pertama adalah menyesuaikantingkat kapasitas untuk memenuhi berbagai jenis permintaan. Pendekatan ini yang membutuhkan kerjasama antara pengelola/pimpinan dan sumber daya manusia, menuntut pemahaman tentang apa yang menjadi kapasitas produktif dan bagaimana meningkatkan atau menurunkannya secara bertahap. Pendekatan kedua adalah mengelola tingkat permintaan, dengan menggunakan strategi pemasaran untuk meratakan puncaknya dan mengisi lembahnya untuk menghasilkan aliran permintaan jasa ynag lebih konsisten. Beberapa lembaga menggunakan pendekatan ini. (lovelock:316).

Sedangkan persoalan peningkatan fojus pelanggan/permintaan dapat juga menerapkan pendekatan relationship marketing, menyatukan kualitas, layanan pelanggan dan pemasaran. Keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Harus mengenali kebutuhan-kebutuhan publik

Kualitas harus ditentukan dari perspektif pelanggan










Konsep kualitas harus mempengaruhi unsur-unsur proses




Gambar 2. Keterkaitan antara kualitas, layanan pelanggan dan pemasaran (Adrian Payne: 168)




BAB III

BAB III

ANALISIS PENGELOLAAN PERMINTAAN
PADA BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL TANJUNGPINANG


Pengelolaan permintaan pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Tanjungpinang, dapat dikatakan bahwa sebenarnya hal itu belum menjadi perhatian sebagaimana mestinya dan bahkan belum merupakan bagian dari program kerja pada lembaga ini, apalagi istilah ini dapat dikatakan bukanlah istilah dalam bidang kebudayaan tetapi bidang ekonomi sehingga istilahnya saja sebenarnya masih merupakan barang baru bagi lembaga ini. Namun sebenarnya baik sadar atau tidak kegitan pengelolaan permintaan ini secara tidak langsung telah merupakan bagian dari lembaga ini tetapi apakah hal itu telah berjalan dengan baik sesuai harapan?

Berangkat dari perencanaan dan program BPSNT seperti yang dituangkan pada bab sebelumnya, jika kita melihat kenyataan selama ini keberadaan kantor ini sesuai dengan visi dan misinya maka timbul pertanyaan apakah program dan tujuan lembaga ini sudah terlaksana dengan baik, karena dari fakta di lapangan bahwa lembaga ini dapat dikatakan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, di BPSNT tersedia fasilitas referensi tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai tradisional yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan. Masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan BPSNT yang berisi referensi dan dokumentasi tentang nilai tradisional, sejarah, dan budaya lokal. Selain itu, ada juga kegiatan seperti diskusi dan ceramah tentang kebudayaan tetapi hal tersebut kurang diketahui masyarakat umum. Kegiatannya saja kurang diketahui apalagi manfaat yang akan dicapai.

Untuk memacahkan permasalahan tersebut tentunya banyak sudut pandang dan teori-teori yang bisa dikaji baik dari segi pelayanan, pemasaran, promosi, atau mungkin ada permasalahan lainnya. Terlepas dari itu, pada kesempatan ini saya mencoba membahas seputar permasalahan tersebut dari sudut pengelolaan permintaan yang kurang di manage dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari sudut pengunjung/peminat/publik/masyarakat untuk mengkonsumsi produk yang dihasilkan dari lembaga ini. Salah satu titik keberhasilan penyebarluasan informasi yang dimiliki dari kantor ini adalah dapat kita lihat keseimbangan atara permintaan dan penawaran, baik orang yang ingin mengakses produk dari lembaga ini maupun kesiapan lembaga ini dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakatnya.


Volume permintaan pada

BPSNT Tanjungpinang












Penggunaan yang rendah



Siklus waktu 1 Siklus waktu 2






Kapasitas

berlebih














Gambar 3. Permintaan dan kaitannya dengan kapasitas lembaga pada BPSNT Tanjungpinang


Pasang surut permintaan terhadap produk lembaga ini jika diamati sepanjang hari, bulan dan tahun, sangat berbeda jika kita bandingkan dengan permintaan masyarakat terhadap produk lainnya walaupun fluktuasi tidak stabil terhadap tinggi rendahnya permintaan masih dapat kita lihat permintaan tersebut sebagai permintaan yang sangat dinamis oleh masyarakat. Pada waktu tertentu permintaan sangat tinggi sedangkan waktu yang lainnya permintaan sangat rendah, keduanya sebenarnya tidak baik bagi jasa pelayanan terhadap permintaan tersebut. Tetapi hal itu masih bisa diseimbangkan melalui langkah-langkah dan tahapan untuk pengendalian permintaan tersebut. Namun pada lembaga ini permintaan masyarakat terhadap produk lembaga ini sangat rendah sekali sehingga menyebabkan kelebihan kapasitas, yaitu permintaan di bawah kapasitas optimum dan sumber daya produktif kurang terpakai, yang mengakibatkan produktivitas rendah.

Untuk melihat sejauhmana permasalahan tersebut, pertama saya akan coba membahas dan mengukur kapasitas terlebih dahulu. Banyak organisasi/lembaga menjalankan proses dengan kapasitas terbatas, maksudnya ada batas paling atas untuk melayani tambahan pelanggan pada suatu waktu. Pada masa seperti itu, kapasitas lembaga BPSNT yang saat ini jumlah karyawan hanya 23 orang tidak dapat diandalkan untuk melakukan produktivitas dengan jangkauan wilayah kerja yang terdiri dari 4 propinsi tersebut, kapasitas SDM dari segi jumlah sebenarnya sangat terbatas. Tetapi bukan berarti solusinya harus melakukan penambahan pegawai yang tidak mungkin dilakukan secara langsung, apalagi terlebih dahulu harus mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan (diklat) agar tenaga SDM yang dimiliki keterampilan sesuai bidang kerjanya.

Menentukan kapasitas produktif yang mengacu pada SDM atau aset yang dapat digunakan BPSNT harus menghasilkan produk atau jasa. Dalam konteks jasa, kapasitas produktif setidaknya memiliki lima bentuk potensial seperti:

  1. Fasilitas fisik yang dirancang untuk menampung pelanggan/publik.

  2. Fasilitas fisik yang dirancang untuk menyimpan atau memperoses barang.

  3. Peralatan fisik yang digunakan untuk memperoses orang, barang atau informasi.

  4. Tenaga Kerja. (para karyawan dan pimpinan baik struktural maupun fungsional yang merupakan elemen utama kapasitas produktif)

  5. Jasa yang berkualitas untuk melayani masyarakat.

Kapasitas produktif ini maksudnya adalah sejauhmana fasilitas, peralatan, tenaga kerja/karyawan, infrastruktur, dan aset lainnya tersedia bagi perusahaan untuk menghasilkan output bagi pelanggan/masyarakat. Dilihat dari kapasitas produktif ini, jika dibandingkan dengan kapasitas produktif pada BPSNT Tanjungpinang maka dapat dikatakan belum sepenuhnya dilaksanakan, sehingga hal itu tentu saja berpengaruh pada program lainnya. Untuk mensiasati hal itu dapat juga melakukan atau menciptakan kapasitas yang fleksibel.

Mengejar permintaan, dalam hal ini lembaga dapat membuat suatu terobosan yang disesuaikan dengan keinginan pasar/masyarakat (mungkin pemda setempat), dengan beragam keinginan. Sehingga apa yang diinginkan oleh pelanggan disesuai kan dengan program lembaga, misalnya melakukan penelitian, seminar, atau diskusi yang melingkupi isue-isue yang lagi hangat dibicarakan di tingkat daerah, atau mungkin informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya menyesuaikan tingkat kapasitas lembaga untuk memenuhi tingkat permintaan.

Menganalisa permintaan, sebenar sangat sulit untuk membuat strategi untuk mendongkrak tingkat permintaan pada produk lembaga BPSNT ini, kecuali hal itu didasarkan pada pemahaman tentang mengapa pelanggan/masyarakat memilih menggunakan jasa ini. Misalnya sangat sulit BPSNT medongkrak permintaan dengan menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan/masyarakat, mungkin untuk masalah tertentu hal itu dapat dilakukan tetapi untuk hal-hal yang telah baku sulit untuk merubahnya. Untuk permasalahan ini perlu adanya kepiawaian pimpinan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Strategi untuk mengelola permintaan, banyak jasa melibatkan banyak tindakan yang dilakukan secara berurutan. Artinya banyak jasa yang dibatasi oleh fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan jasa yang diperlukan. Tetapi jasa yang bergelut dibidang informasi seperti BPSNT seharusnya dapat lebih efektif dalam melakkukan pengelolaan pelanggan/publik yang dilakukannya.

BPSNT dapat melakukan pembagian permintaan berdasarkan segmennya, misalnya untuk generasi muda/pelajar, tokoh masyarakat, lembaga pemerintah atau swasta, dan lain-lain. Dengan melakukan analisis terhadap segmen tersebut seharusnya lembaga ini dapat lebih memfokuskan program kerjanya yang berkaitan dengan kebutuhan segmen tersebut. Sehingga hal itu dapat mendongkrak permintaan terhadap jasa yang ditawarkannya.

Menggunakan strategi pemasaran untuk membentuk pola-pola permintaan, walaupun banyak alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka mendongkrak permintaan tetapi strategi ini tidak dapat dikesampingkan dan bahkan memegang peranan penting dalam menggugah permintaan untuk mengakses informasi yang ada dilembaga ini. Selain itu upaya-upaya komunikasi mungkin dapat membantu memuluskan permintaan. Brosur, iklan, selebaran, pemberitaan (cetak maupun elektronik) dapat digunakan untuk mendidik publik, selain itu tentunya dapat mendongkrak permintaan.


BAB IV

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI


    1. Simpulan

Transisi menuju kinerja yang berorientasi pada permintaan merupakan tantangan besar bagi managemen organisasi sektor jasa seperti halnya BPSNT Tanjungpinang. Semakin banyak permintaan akan membuktikan semakin dibutuhkannya lembaga ini oleh masyarakat dan pemerintah. Meskipun mungkin berbagai strategi telah dilakukan oleh lembaga BPSNT Tanjungpinang namun mungkin belum sesuai dengan keinginan permintaan pasar. Beberapa elemen permintaan yang dibahas pada analisis dapat dijadikan rekomendasi dalam melakukan kebijakan BPSNT Tanjungpinang untuk meningkatkan permintaan masyarakat.

Berangkat dari perencanaan dan program BPSNT, jika kita melihat kenyataan selama ini keberadaan kantor ini sesuai dengan visi dan misinya maka timbul pertanyaan apakah program dan tujuan lembaga ini sudah terlaksana dengan baik, karena dari fakta di lapangan bahwa lembaga ini dapat dikatakan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, di BPSNT tersedia fasilitas referensi tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai tradisional yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkan. Masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas perpustakaan BPSNT yang berisi referensi dan dokumentasi tentang nilai tradisional, sejarah, dan budaya lokal. Selain itu, ada juga kegiatan seperti diskusi dan ceramah tentang kebudayaan tetapi hal tersebut kurang diketahui masyarakat umum. Kegiatannya saja kurang diketahui apalagi manfaat yang akan dicapai.

Perlunya memasukkan program menganalisa permintaan, walaupun sebenar sangat sulit untuk membuat strategi untuk mendongkrak tingkat permintaan pada produk lembaga BPSNT ini, kecuali hal itu didasarkan pada pemahaman tentang mengapa pelanggan/masyarakat memilih menggunakan jasa ini. Misalnya sangat sulit BPSNT medongkrak permintaan dengan menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan/masyarakat, mungkin untuk masalah tertentu hal itu dapat dilakukan tetapi untuk hal-hal yang telah baku sulit untuk merubahnya. Untuk permasalahan ini perlu adanya kepiawaian pimpinan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.


    1. Rekomendasi

Rekomendasi untuk mengelola permintaan pemasaran dapat dilakukan diantaranya:

  1. melakukan peninjauan/review terhadap kebijakan pelepasan informasi yang berlaku. Apakah kebijakan tersebut telah mengatur pula pengelolaan permintaan informasi untuk keperluan pemasaran ?

  2. Tentukan aturan kepemilikan untuk pelepasan informasi bagi keperluan pemasaran. Pastikan juga siapa yang bertanggung jawab terhadap proses ini.

  3. Kembangkan kebijakan yang mengatur akses terhadap informasi publik untuk tujuan pemasaran.

  4. Bersikaplah proaktif dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan penggunaan informasi kebudayaan yang dimiliki BPSNT serta berikan berbagai alternatif pada masyarakat untuk dapat mengakses informasi yang dimiliki seperti; perpustakaan yang lengkap (tidak hanya buku tetapi audio dan video) koran, radio, majalah, internet dan lain-lain. Dan lakukan distribusi yang mengena dan menyeluruh sehingga informasi dapat diterima secara merata.

  5. Ikuti perkembangan mengenai isue-isue kebudayaan serta hukum dan peraturan (termasuk perda yang berkaitan dengan kebudayaan) diharapkan dapat proaktif memberikan masukan pada daerah sehingga dirasakan manfaatnya dan timbul keinginan untuk melakukan permintaan pada lembaga ini karena diakui keberadaannya baik secara formal maupun non formal.



Daftar Pustaka

  1. Love lock. Christoper. 2005. Managemen Pemasran dan Jasa.PT. Indek Kelompok Gramedia. Jakarta.

  2. Payne. Adrian. 2000. Pemasaran Jasa. Andi. Pearson Education Asia Pte. Ltd. Jakarta.

  3. Bafadal Azhar. 2002. Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan. Makalah Falsafah Sain. S3 IPB.

  4. Brazier. Jhon. 2005. Realease Managemen Implementation Manual. Oracle Corporation. Redwood City.